Surabaya
--- Guru di Jepang, RPPnya pikiran, hati dan tindakan artinya sudah
menyatu, bukan lagi dokumen. Demikian dikatakan oleh Kepala BSDMPK &
PMPK Kemdikbud, Syawwal Gulthomsaat memberikan materi tentang Sistem
Penjaminan Mutu Kurikulum 2013 di hotel Oval, Surabaya, pertengahan
Maret 2014 lalu.
Kemdikbud melalui PIH mengakui, siapapun yang
pernah mengajar, baik guru maupun dosen tentu sudah mengalami bahwa
bukan hal yang mudah menyusun silabus. Penyusunan silabus itu rumit dan
penuh konsentrasi. Di samping menuliskannya, juga harus mencari
buku-bukunya, mempraktikkannya hingga mengevaluasinya.
Dengan
pembebanan penyiapan silabus yang diberikan kepada guru, menyebabkan
guru lebih banyak menghabiskan waktunya untuk menyiapkan silabus. Dengan
kurikulum baru, tugas administrasi diserahkan kepada pemerintah,
sehingga guru dapat berkonsentrasi penuh dalam mengajar, dan efektivitas
pembelajaran dapat optimal.
Realitas yang demikian itu tentu
saja mengundang ketakjuban para hadirin acara tersebut yang notabene
adalah para kepala sekolah dan pengawas dari seluruh wilayah di Jawa
Timur. Nampak para hadirin pesimis, tidak mungkin guru-guru di Indonesia
bisa seperti guru-guru di Jepang yang mengajar tanpa RPP.
Kemdikbud dalam bukunya Kurikulum 2013: Tanya Jawab dan Opini hal. 30
sudah menjawab keraguan tersebut salah satunya dengan jalan membebaskan
guru dari beban menyusun silabus.
Kemdikbud menyatakan,
rasionalitas dalam Kurikulum 2013 adalah mengedepankan proses
pembelajaran. Beban guru untuk menyusun silabus dihilangkan. Pasalnya,
silabus merupakan bagian tak terpisahkan dari dokumen Kurikulum 2013.
Sehingga pada gilirannya, hilangnya kewajiban menyusun silabus ini akan
mengurangi beban administratif para guru. Dengan demikian, para guru
akan lebih berkonsentrasi pada proses pembelajaran.
Syawwal juga
menyuntikkan optimismenya bahwa guru-guru di Indonesia akan bisa
mengajar tanpa RPP berupa dokumen sebagaimana guru-guru di Jepang.
“Guru-guru kita lama-lama seperti itu. Buktinya, ketika belum disebut
Kurikulum 2013, sudah banyak diterapkan di banyak sekolah. Tugas
kementerian (Kemdikbud) hanyalah untuk menerapkan secara masif di
seluruh sekolah karena bukan lagi barang mahal,” tegas Syawwal
Dia mengingatkan, melalui Kurikulum 2013 ini diharapkan guru bersama
kepala sekolah dan pengawas dapat mewujudkan sekolah yang dirindukan
para siswanya. Mengingat ketika Kurikulum 2013 belum digagas, iklim dan
kultur di banyak sekolah cenderung tidak sehat, guru malas dan siswa
tidak rindu datang ke sekolah.
“Seharusnya anak-anak itu rindu
dengan sekolah. Begitu jumpa hari Sabtu, semuanya sedih. Di Jakarta ada
satu sekolah yang berhasil mewujudkan ini. Tidak ada pekerjaan rumah
anak, betul-betul anak insiatif sendiri. Sabtu Minggu libur itu para
siswa dikasih buku-buku untuk dibaca lalu diceritakan hari Senin,”
ungkapnya
Kaitannya dengan Sistem Penjaminan Mutu Kurikulum 2013,
dikatakan Syawwal, sekolah dan guru di bawah standar semacam inilah
yang harus didorong untuk mencapai standar.
“Inilah aksioma
penjaminan mutu. Guru yang baik itu guru yang punya pengikut sehingga
murid-muridnya sedih ketika datang hari Sabtu Minggu. Jangan sampai anak
mual ketika bertemu guru! Jika tidak dilakukan penjaminan mutu
Kurikulum 2013, sampai kapan tidak akan berubah?” pungkasnya
Prolog buku Kurikulum 2013: Tanya Jawab dan Opini terbitan PIH Kemdikbud
mengutip penjelasan M. Nuh, “Kurikulum ini memberi kewenangan pada
satuan pendidikan untuk mengembangkannya. Kemdikbud menyiapkan kurikulum
semantap-mantapnya, sementara guru tetap mempunyai ruang untuk
mengembangkannya.”
Artinya, guru diberi kebebasan untuk
mengoptimalkan pembelajaran sehingga bisa meningkatkan minat belajar
siswa di sekolah dan juga di luar sekolah.
Doni Koesoema A.,
salah seorang pemerhati pendidikan menulis pada harian Kompas, 28
Februari 2013, “Siswa adalah individu yang harus dihargai keberadaannya
sebagai individu karena mereka adalah pembelajar utama dalam pendidikan.
Merekalah pelaku utama dalam pendidikan. Siswa adalah subyek yang
belajar. Tugas pendidik adalah menumbuhkan gairah belajar dalam diri
siswa.”(Bagus Priambodo & Brilly Yudho Willanto)
kutipan dari:
http://www.lpmp-jatim.net/artikel/kabar+sepekan/list.php?randomization404ofthewordplace=75